Posts

Dosen dan Mahasiswa UP45 Buat Briket Arang dari Limbah Abu Sekam Padi

(Artikel ini telah terbit di https://www.krjogja.com/, dengan judul “Dosen dan Mahasiswa UP45 Buat Briket Arang dari Limbah Abu Sekam Padi”, tautan: https://www.krjogja.com/sleman/1243057399/dosen-dan-mahasiswa-up45-buat-briket-arang-dari-limbah-abu-sekam-padi)

Krjogja.com – SLEMAN – Tiga orang dosen dari program studi Teknik Mesin, Teknik Industri dan Teknik Lingkungan Universitas Proklamasi 45 (UP45) bersama para mahasiswa berhasil mengembangkan briket arang dari limbah abu sekam padi. Masyarakat pun kini punya peluang menambah nilai ekonomi bahan yang dahulu hanya dimanfaatkan sebagai pupuk pertanian ini.

Rena Juwita Sari, Syaiful Mansyur dan Andri Prasetyo Nugroho dibantu oleh 5 mahasiswa dari berbagai program studi teknik yang melakukan penelitian hal tersebut. Mereka melihat bahwa abu sekam padi merupakan limbah dari sisa pembakaran biomassa yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomi. Selama ini abu sekam hanya dimanfaatkan sebagai pupuk untuk pertanian.

“Padahal Abu sekam padi dapat dibuat menjadi briket arang, dengan nilai jual yang cukup tinggi. Kami coba bantu termasuk membuat yang spesifikasi sesuai standar SNI, agar dapat di ekspor ke manca negara. Kami coba implementasikan bersama masyarakat di Desa Kemudo, Prambanan Klaten,” ungkap Rena Juwita, Senin (9/10/2023).

Warga Desa Kemudo selama ini memanfaatkan sebagian abu sekam padi sebagai pupuk dan sisanya tidak dipergunakan. Para dosen dan mahasiswa UP45 membantu pemanfaatan limbah serbuk kayu untuk pembuatan briket arang dalam mengurangi pencemaran lingkungan.


“Karena nilainya tinggi, secara paralel harapan kami bisa meningkatkan perekonomian masyarakat desa Kemudo. Kami memberikan 1 set alat mesin ekstruder briket dan 1 set alat mixer briket yang dananya diperoleh dari Kemendikbudristek,” lanjutnya.

Syaiful Mansyur menambahkan, briket arang abu sekam padi diproduksi dengan cara mencampurkan komposisi abu sekam dengan tepung kanji dan air panas sebagai perekat. Setelah itu campuran tersebut di cetak menggunakan mesin cetak briket.

“Dalam membuat briket perlu diperhatikan kualitas briket tersebut, pengepakan menggunakan plastik dan dus dapat menambah nilai jual produk tersebut,” sambungnya.

Selain membuat produk briket, tim UP45 juga membantu dan melatih warga untuk proses pemasaran melalui digital marketing, dengan melakukan optimasi di platform market place. Tim tersebut berharap apa yang dilakukan bisa menjadi solusi nyata untuk mengatasi limbah yang selama ini mengotori lingkungan serta membantu perekonomian masyarakat. (Fxh)

(Artikel ini telah terbit di https://www.krjogja.com/, dengan judul “Dosen dan Mahasiswa UP45 Buat Briket Arang dari Limbah Abu Sekam Padi”, tautan: https://www.krjogja.com/sleman/1243057399/dosen-dan-mahasiswa-up45-buat-briket-arang-dari-limbah-abu-sekam-padi)

Proses Pengolahan Limbah Biomassa menjadi Listrik

View this post on Instagram

Salam Lestari🍃 Buat kalian yang binggung kok sampah bisa diubah jadi listrik?nah Teknik Lingkungan Universitas Proklamasi 45 punya Teknologinya loh. Mau tau caranya bagaimana?okey simak dibawah ini⬇️ 1.Pilah Limbah Biomassa Limbah biomassa ini mempunyai berbagai jenis yaitu limbah biomassa pertanian,perternakan dan sampah organik (kebun) 2.Konversi Termokimia melalui Teknologi Gasifikasi setelah memilah limbah biomassanya,pembakaran termokimia gasifikasi merupakan teknologi yang melibatkan reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar Syngas.Pada proses Gasifikasi ini, biomassa diproses menjadi biochar dan dibakar dengan udara terbatas pada suhu di atas 900 C, sehingga gas yang dihasilkan sebagian besar mengandung hidrogen, karbonmonoksida, dan sedikit metana. Gas-gas tersebut kemudian direaksikan lagi dengan oksigen (diperoleh dari udara) sehingga dihasilkan panas dari pembakaran tersebut. Keuntungan proses gasifikasi adalah lebih efisien dan bersih sehingga dapat digunakan untuk bahan bakar genset. 3.Gas fuel (Syngas) Bahan bakar gas adalah semua jenis bahan bakaryang berbentuk gas, biasanya bahan bakar gas ini termasuk golongan bahan bakar fosil. Namun dari proses gasifikasi diperoleh syngas yang mirip dengan bahan bakar gas dari limbah biomassa 4.Generator Setelah diisi bahan bakar syngas dari limbah biomassa lalu generator (genset) mengubahnya menjadi listrik. Bagaimana seru bukan?belajar sambil berkarya🙌

A post shared by Pengembangan Ekosistem UP45 (@tatakawasanup45) on

Salam Lestari🍃
Buat kalian yang binggung kok sampah bisa diubah jadi listrik?nah Teknik Lingkungan Universitas Proklamasi 45 punya Teknologinya loh.
Mau tau caranya bagaimana?okey simak dibawah ini⬇️

1.Pilah Limbah Biomassa
Limbah biomassa ini mempunyai berbagai jenis yaitu limbah biomassa pertanian,perternakan dan sampah organik (kebun)

2.Konversi Termokimia melalui Teknologi Gasifikasi setelah memilah limbah biomassanya,pembakaran termokimia gasifikasi merupakan teknologi yang melibatkan reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar Syngas.Pada proses Gasifikasi ini, biomassa diproses menjadi biochar dan dibakar dengan udara terbatas pada suhu di atas 900 C, sehingga gas yang dihasilkan sebagian besar mengandung hidrogen, karbonmonoksida, dan sedikit metana. Gas-gas tersebut kemudian direaksikan lagi dengan oksigen (diperoleh dari udara) sehingga dihasilkan panas dari pembakaran tersebut. Keuntungan proses gasifikasi adalah lebih efisien dan bersih sehingga dapat digunakan untuk bahan bakar genset.

3.Gas fuel (Syngas)
Bahan bakar gas adalah semua jenis bahan bakaryang berbentuk gas, biasanya bahan bakar gas ini termasuk golongan bahan bakar fosil. Namun dari proses gasifikasi diperoleh syngas yang mirip dengan bahan bakar gas dari limbah biomassa

4.Generator
Setelah diisi bahan bakar syngas dari limbah biomassa lalu generator (genset) mengubahnya menjadi listrik.
Bagaimana seru bukan? belajar sambil berkarya🙌

KUNJUNGAN HMTL KE PLTH PANTAI BARU

Read more

Kuliah Umum “Teknologi Pengelolaan Limbah Padat Guna Terwujudnya SDGs di Indonesia” dan Pelantikan Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Read more